Istiqomah adalah upaya seseorang untuk
menempuh ajaran agama islam yang benar dengan tidak berpaling ke kanan
maupun ke kiri. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk
ketaatan kepada Allah lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk
larangan-Nya.
Ada beberapa kiat untuk senantiasa istiqomah dalam beribadah maupun muamalah.
- Niat ikhlas beraktivitas sesuai ajaran Allah Swt dan Rasul-Nya.
Ini sebagai upaya utama kita tatkala
aktivitas di setiap masa. Sebagai tolok ukur pertama dalam beribadah dan
bermuamalah. Sebagai dasar pijakan untuk melakukan amalan-amalan yang
telah diajarkan. Dengan niat yang lurus nan tulus, di iringi ikhlas
tanpa memelas sebagai seorang muslim ingin berjumpa pada yang Maha
Pencipta dalam keadaan bahagia.
Memperbaiki niat kita supaya tidak
terlewat karena godaan kanan kiri yang memikat. Satukan hati dan pikiran
hanya pada-Nya kita berdzikir sehingga sifat-sifat tercela tak akan
terpikir. Dengan niat yang baik dan benar akan diperoleh kebaikan dan
balasan yang telah dijanjikan, hanya kepada Allah Swt, niat tulus kita
haturkan untuk mendapatkan kenikmatan dalam segala kesibukan.
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (١١٢)
“Maka tetaplah engkau (Muhammad) di
jalan yang benar, sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga)
orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“. (QS. Hud : 112)
Hendaknya seorang muslim membersihkan
hatinya dari sifat ingin dipuji atau tujuan duniawi saat melakukan
amalan-amalan ketaatan kepada-Nya. Dalam suatu hadist disebutkan :
“Sesungguhnya ada salah seorang di
antara kalian yang ia beramal dengan amalan penduduk surga sampai-sampai
jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu jengkal, akan
tetapi taqdir telah mendahuluinya sehingga iapun beramal dengan amalan
penduduk neraka, akhirnya iapun masuk ke dalam neraka.” (HR. Muslim no 4781)
- Memperbanyak do’a kepada Allah Swt agar senantiasa diberikan keistiqamahan
Do’a adalah senjata setiap muslim yang
paling mutakhir. Tanpa rasa lelah kita memohon kepada Allah Swt untuk
senantiasa tetap pada jalur istiqamah yang murni, yang setiap amalan
kita tidak ada yang terbuang sia-sia karena sikap riya’ sekecil biji
sawi pun. Kita berdoa agar senantiasa dijauhkan dari hati berbisik
kepada kejelekan dan kemungkaran. Oleh karena itu sepantasnya seorang
muslim berdoa agar dikokohkan hati pada ketaqwaan dan keimanan. Do’a
yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah :
Do’a agar kita tetap istiqomah dalam memegang teguh agama islam yang sesuai dengan syari’at yang benar.
يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” [HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]
يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى طـا عــتـك
Artinya: “Wahai Dzat yg membolak-balikan hati teguhkanlah hatiku diatas ketaatan kepadamu” [HR. Muslim (no. 2654)]
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi
Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)
- Memantapkan keteguhan hati untuk berusaha mengingat-ingat kemuliaan orang yang beristiqomah.
Perjuangan dalam kebaikan dan ketaqwaan
sangat besar, tentunya suatu pengorbanan akan disertai balasan yang
menggiurkan, meskipun balasan tersebut jauh dari mata memandang, jauh
dari pikiran yang menerawang, namun kita sebagai seorang muslim harus
teguh pendirian, kuat dalam keimanan, hingga Allah Swt memberikan
balasan yang mulia sebab keistiqomahan kita.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ
ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٣)
أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ (١٤(
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata,
“Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada
rasa khawatir pada mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka
itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa
yang telah mereka kerjakan.” (QS Al Ahqaf : 13-14)
- Mendapatkan teman yang mengajak kebaikan
Kita bisa melihat sikap seseorang dari
faktor siapa teman dia, jika seorang teman mengajak kebaikan, itu
sebagai modal awal dan dasar kita untuk teguh dalam istiqomah, dia akan
selalu mengingatkan dan mengorbankan waktu demi kebaikan dalam
amalan-amalan, namun sebaliknya jika kita memilih teman yang mengajak
kejelekan, niscaya kita akan dapatkan pada jalur kemungkaran sehingga
kita mudak terperosok pada jurang kemaksiatan.
Sudah sering kita mendengar hadits yang
masyhur dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang gambaran
teman yang baik dan teman yang buruk, dimana beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengumpamakan teman yang baik sebagai penjual minyak wangi dan
teman yang buruk sebagai tukang pandai besi. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
“ Permisalan teman yang baik dan
teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai
besi. Tentang si penjual minyak wangi, kalau engkau tidak membeli minyak
wanginya maka engkau akan medapatkan bau wanginya. Adapun tentang si
tukang pandau besi, kalau engkau atau bajumu tidak terbakar maka engaku
akan mendapatkan bau yang tidak enak.” (HR. Bukhori, no 1959).
- Membaca siroh Nabawiyah menambah pengalaman dalam beristiqomah
Dunia fana penuh tokoh yang dijadikan
idola, dalam realita seseorang akan mengikuti gaya dan model kepada yang
ia idolakan. Sehingga kebanyakan orang membanggakan idola mereka
meskipun itu bersifat tercela. Dan sifat mereka akan mempengaruhi setiap
amalan-amalan yang mereka lakukan bahkan telah kerasukan virus artisme
yang memandang hidup ini penuh kemewahan dan bersenang-senang.
Lantas, siapakah tauladan kita yang
seharusnya patut dan pantas dicontoh oleh setiap muslim? Rasulullah SAW
telah diutus oleh Allah Swt untuk menyempurnakan akhlaq, dari kejelekan
menuju kebaikan, dari kemaksiatan beralih pada ketaqwaan, dari
kemungkaran berubaha keistiqomahan.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21)
Memperbanyak bacaan para sahabat yang
sangat keras dalam memperjuangkan islam dapat menumbuhkan sikap optimis
kita dalam beramal, mengobarkan sikap gigih kita dalam keistiqomahan dan
memberikan makna kebahagiaan dalam kehidupan kita.
Dalam beramal tak hanya mengandalkan
jiwa dan pikiran, lebih dari itu hati yang tulus menjadi pondasi setiap
amalan menggapai keistiqomahan. Hingga suatu saat balasan dari
kemuliaan kita dapatkan dari Allah Yang Maha Penyayang. Amin
Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar